Selasa, 06 Mei 2008

PROFESOR TERMUDA DI INDONESIA

Bali mesti Bersandar pada Prinsip Konservasi Energi

Dr. Ir. I Gusti Bagus Wijaya Kusuma (33) baru saja dikukuhkan sebagai profesor ke-105 sekaligus termuda dalam sejarah pelantikan guru besar Universitas Udayana. Dalam skala nasional, Wijaya -- begitu lelaki kelahiran Singaraja, 7 Juni 1970 ini dipanggil -- sudah memecahkan rekor sebagai profesor termuda. Penampilannya segar, bak anak muda. Bicaranya tidak menggurui. Sangat terbuka pada hal-hal baru. Suami dari Ida Ayu Eka Wilawati ini justru lebih senang diajak berdiskusi dan berdebat tentang ilmu-ilmu di luar disiplin ilmunya. Profesor di bidang konservasi energi pada Fakultas Teknik Universitas Udayana, ayah dari I Gusti Ayu Putu Kendran dan I Gusti Ngurah Made Parama Widya ini ternyata sejak muda memang kontroversial. Banyak hal terutama yang menyangkut pembangunan di Bali jadi renungannya.

Sejak awal dia sudah punya argumentasi yang bisa dibuktikan secara ilmiah bahwa pembangunan yang tidak terkendali akan membuat Bali kelelahan. Bali terpuruk, terutama dari aspek lingkungannya. Dia pun aktif mengembangkan jaringan GDLN (Global Development Learning Network) di Universitas Udayana. Semua itu tentu untuk Bali dan Universitas Udayana sendiri. Berikut wawancara Bali Post dengan profesor muda ini melihat Bali.
JUDUL orasi ilmiah dalam pengukuhan profesor Anda adalah "Penerapan Konservasi dan Konversi dalam Pembangunan". Kira-kira maknanya apa?Pengertian konservasi adalah suatu upaya untuk menjaga terhadap perubahan, menjaga agar tidak sampai rusak, punah, atau habis. Konservasi juga berarti proteksi dan manajemen yang penuh perhatian dari sumber daya yang ada dan juga terhadap lingkungannya. Konservasi energi adalah upaya yang harus terus menerus dilakukan untuk menjaga agar energi dan sumber energi yang ada tidak mengalami perubahan dan kepunahan, dengan jalan memproteksi pemakaiannya serta mengelola sumber energi yang tersedia tanpa harus merusak lingkungan hidup. Sedangkan, konversi adalah perubahan bentuk, perubahan fungsi ataupun tingkat. Konversi energi adalah perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Bagaimana sesungguhnya Anda melihat Bali?Propinsi Bali kini telah banyak mengalami perubahan, khususnya bila ditinjau dari segi kebudayaan, karakter dan kenyamanan hidup masyarakat. Sebagai propinsi dengan budi daya yang tinggi, Bali memerlukan perhatian dan penataan karena telah terjadi keberagaman kultural dalam masyarakatnya. Penataan ini harus dijabarkan dalam konteks budaya yang multikultural, sehingga bisa membuat seluruh kawasan Bali lebih hidup, memiliki daya tarik visual, sosial, sehingga secara tidak langsung akan dapat meningkatkan penerimaan dari sektor pariwisata yang tengah lesu. Bali dalam perkembangannya dipenuhi pendatang luar, baik yang menetap sebagai pemukim liar sehingga menciptakan kesemrawutan dalam tata ruang dan mengakibatkan kumuhnya tatanan kota, maupun karena meningkatnya laju urbanisasi dan pariwisata yang berdampak pada tingginya kebutuhan dan pemakaian energi. Sebagai pusat pariwisata di Indonesia dan barometer pariwisata dunia, permasalahan yang dihadapi Bali tentu saja beda dengan propinsi lain di Indonesia. Terutama dalam menetapkan lahan dan tata ruang yang tepat serta upaya penanganan limbah dan pencemaran, sebagai hasil proses industri.

Menurut Anda, perubahan apa yang mendasari pembangunan di Bali?Pembangunan di Bali merupakan bagian dari rencana strategis pembangunan nasional. Meskipun tergolong wilayah yang kecil, pembangunan di Bali dapat dikatakan sangat fantastis. Hanya dalam satu dasawarsa, yang dimulai sejak 1990, pembangunan di Bali telah mengubah tatanan wilayah secara menyeluruh. Bali memang telah berbenah secara fisik maupun materi sehingga mampu meraih sebutan sebagai the best destination island di pengujung abad XX. Walau begitu, beberapa masalah pembangunan datang silih berganti, semuanya adalah masalah pembangunan kawasan perhotelan di dekat pura yang disucikan umat Hindu serta pembangunan kawasan pariwisata di sekitar wilayah yang dikeramatkan oleh masyarakat.

Di sisi lain, masyarakat umum di Bali mengaitkan tempat-tempat suci dengan istilah sakral, serta menggunakan istilah leteh untuk sesuatu hal yang berarti ketidaksucian. Namun bagaimana masyarakat umum di Bali mendifinisikan serta menjabarkan istilah-istilah tersebut ditinjau dari konteks zaman modern kini, belum ada yang mampu memberikan suatu kajian yang mendalam. Akibatnya, pembangunan dan pengembangan kawasan di Bali -- walau ditentang oleh masyarakat -- tetap saja berjalan, meskipun pada akhirnya dapat merusak tatanan dan sistem yang sudah ada.

Apa yang salah dalam persoalan tersebut?Pertama, substansi dasar pembangunan yang merupakan kesatuan dan harmonisasi antara aspek wilayah/lingkungan, manusia dan Tuhan -- filosofi Tri Hita Karana -- yang menjiwai tata ruang Bali sering dilencengkan untuk tujuan ekonomis tertentu, sehingga semrawutnya pembangunan di Bali, selain disebabkan tidak jelasnya tata ruang serta lemahnya sistem kontrol dari pemerintah dan masyarakat, juga karena kurangnya perhatian dari pelaku pembangunan. Kedua, pembangunan di Bali menghadapi tantangan yang sangat berat. Laju pembangunan tanpa didukung konsepsi dan pemahaman makna tentang harmonisasi antara lingkungan, manusia dan Tuhan, akan berakibat pada makin tidak teraturnya pembangunan itu sendiri. Ruang atau penataran adalah suatu wadah yang sangat penting karena di sinilah harmonisasi antara manusia, alam, lingkungan dan Tuhan terjalin.

Ketiga, landasan filosofis dalam pembangunan Bali yang berlandaskan budaya dan dijiwai oleh agama Hindu telah banyak dijabarkan, namun implementasinya dalam dinamika pembangunan Bali dan upaya untuk mewujudkan pembangunan Bali yang berkelanjutan, berwawasan budaya dan lingkungan, belum optimal. Keempat, landasan filosofis tersebut perlu ditegaskan kembali seiring dengan situasi dan kondisi di Bali yang sudah jauh berbeda, sehingga bisa merangkul beberapa komponen dan aspek yang nyata dan terlibat langsung dalam proses pembangunan, yang meliputi ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan kenyamanan.

Kelima, pemahaman makna landasan filosofis pembangunan harus dapat mengikuti perkembangan zaman dan siap berubah ke arah yang wajar, karena bergesernya nilai-nilai dan pola tatanan yang ada dalam pembangunan di Bali lebih banyak disebabkan kurangnya pemahaman makna para pelaku pembangunan dan masyarakat, sehingga visi dan misi dari filosofi Tri Hita Karana perlu lebih dipertajam lagi dengan jalan menjadikannya sebagai suatu modifikasi standar dari pembangunan dan pengembangan Bali secara berkesinambungan.

* * *Pembangunan ideal itu menurut Anda seperti apa?Pembangunan yang ideal adalah pembangunan yang berupaya untuk mengembangkan semua potensi yang ada dengan seoptimal mungkin, semua itu bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa dan negara dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ideal perlu memperhitungkan beberapa faktor penting yang meliputi keberadaan, stabilitas, daya tahan, perencanaan yang efisien dan kondisi lingkungan, serta memperhatikan budaya dan adat istiadat yang ada. Khusus di Bali, pembangunan yang ada maupun yang akan dilakukan hendaknya bersandar kepada nilai-nilai luhur yang telah teruji kebenarannya. Nilai luhur yang merupakan keseimbangan antara tiga elemen yakni fisik, jiwa dan tenaga seharusnya selalu menjadi pedoman dalam pembangunan di Bali agar mampu menjawab tantangan dan dinamika masyarakat yang berkembang, serta diharapkan dapat menjadi standar dalam pembangunan nasional. Hal ini saya sampaikan karena pembangunan di Bali dilaksanakan dengan memanfaatkan lahan yang sudah tidak produktif maupun lahan yang sebenarnya berpotensi sebagai daerah penyangga ataupun lahan hijau.
Dari mana harus memulai agar pembangunan ideal tersebut terwujud?Pembangunan fisik yang banyak kita jumpai saat ini adalah berupa sarana transportasi, gedung-gedung bertingkat -- perkantoran, hotel-hotel, apartemen dan pertokoan, perumahan, serta taman wisata. Semua ini dibangun baik dengan memanfaatkan lahan kosong, lahan produktif maupun lahan yang sebenarnya berpotensi sebagai daerah penyangga. Meskipun Bali telah sukses meraih penghargaan Adipura, namun kriteria untuk menjadikan seluruh kota sebagai daerah yang nyaman belum tercakup di dalamnya. Justru sebaliknya, temperatur rata-rata di beberapa kota makin meningkat dalam satu dasawarsa ini. Pencemaran juga menjadi persoalan yang berpengaruh terhadap kenyamanan penghuni, sehingga harus menjadi parameter penting dalam pembangunan, meskipun Bali telah sukses meraih penghargaan Wahana Tata Nugraha.
Pembangunan dan penataan kota di Bali dapat saja bersandarkan kepada nilai-nilai luhur tradisional yang telah teruji kebenarannya, namun karena belum ada yang mampu memberikan kajian mendalam ataupun menjabarkannya menjadi formula yang bisa diterima oleh seluruh komponen masyarakat, maka hal tersebut menyebabkan kurang atraktifnya filosofi dasar tersebut dalam pembangunan modern kini, terlebih dengan terbatasnya lahan yang ada sehingga menyulitkan pembangunan di Bali dengan menggunakan dasar filosofi tersebut secara utuh. Dengan demikian, pembangunan di Bali harus dimulai dari penataan kawasan dan pengurangan terhadap pencemaran serta perusakan lingkungan hidup, dengan menggunakan pola berkeseimbangan laju pertumbuhan penduduk, pemakaian energi dan pemakaian sumber daya alam dan hayati.

Apakah konservasi yang dilakukan aparat terkait sudah sesuai dengan pemikiran dan konsep Anda?Masyarakat Bali secara tegas sudah mengetahui bagaimana pembangunan seharusnya dilaksanakan dengan menggunakan konsep hulu dan hilir -- atau filosofi segara-gunung, sehingga pembangunan dan penataan suatu wilayah seharusnya dilakukan dengan sangat jelas terhadap wilayah perumahan, wilayah pariwisata, wilayah bisnis dan wilayah penyangga serta wilayah yang disucikan. Sejak dikembangkannya Bali menjadi daerah tujuan wisata, dalam kurun dua dasawarsa belakangan ini telah terjadi perkembangan yang sangat cepat dalam pembangunan di Bali khususnya dalam tata ruang. Meskipun pembangunan gedung-gedung memakai pola arsitektur Bali, namun tinggi gedung, orientasi dan jarak antargedung belum dikaji secara tepat, khususnya terhadap upaya konservasi energi dan upaya pengaturan sirkulasi udara di dalam kota untuk mengurangi pencemaran dan meningkatkan udara segar di perkotaan.

Mengacu kepada filosofi segara-gunung tadi, maka sirkulasi fluida baik itu udara, air dan gas inilah yang diyakini bersirkulasi dari kota ke pegunungan yang suci menuju ke pantai, serta dari pantai akan kembali lagi ke gunung dan ke kota. Sirkulasi fluida berpengaruh terhadap pemakaian energi dan karakter masyarakat. Makin jelek kualitas fluida itu akan berakibat pada kemunduran tingkat kesehatan dan kenyamanan masyarakat, namun meningkatkan pemakaian energi. Penataan kawasan hijau sebenarnya adalah implementasi dari filosofi Tri Hita Karana dan segara-gunung, sehingga harus terus diupayakan secara berkesinambungan. Terkait dengan itu, saya melihat bahwa upaya konservasi yang dilakukan oleh aparat terkait sudah baik, hanya saja belum berkesinambungan dan terpadu. Peran serta masyarakat juga masih rendah serta upaya penegakan hukum juga belum berjalan secara efektif dan tegas.

Idealnya, apa yang harus diperbaiki untuk membuat pembangunan di Bali lebih tertata?Penataan pembangunan di Bali hendaknya bersandarkan kepada beberapa prinsip konservasi energi. Gedung baru ataupun renovasi bangunan tua perlu memperhitungkan kenyamanan termis dan konservasi energi karena mereka menggunakan 50% hingga 60% dari total energi negara di mana penggunaan energi tersebut sebagian terbesar adalah untuk sistem pengkondisian udara dan penerangan di dalam ruangan. Mempertimbangkan bahwa sumber energi di Bali adalah kecil, maka pola pembangunan harus berdasarkan pada prinsip tersebut. Dengan demikian, pembangunan gedung yang menggunakan energi dengan skala besar harus dibatasi. Penataan terhadap orientasi gedung, jarak antargedung dan tinggi gedung adalah dalam upaya konservasi energi secara berkesinambungan.

Untuk mengimbangi adanya perubahan iklim baik secara lokal maupun global, yang secara langsung akan berpengaruh terhadap pemakaian energi dan upaya konservasi yang harus dilakukan, maka gedung bertingkat tinggi sebaiknya tidak dialokasikan bersama-sama dengan gedung-gedung tradisional. Hal ini bertujuan untuk mengurangi efek eddy vortex pada bangunan rendah yang disebabkan adanya gedung-gedung tinggi. Gedung-gedung tinggi sebaiknya dibangun pada leeward side dari sebuah kota (untuk kota Denpasar, leeward side-nya adalah daerah Suwung dan Sanur serta Sempidi), serta daerah lanjutannya harus merupakan rural area, atau wilayah pertanian.

Selain itu, keberadaan gedung-gedung tinggi harus mampu meningkatkan shading coefficient (koefisien peneduh) bagi gedung-gedung tradisional di tengah kota. Gedung-gedung bertingkat tinggi sebaiknya dibangun di sebuah kawasan tersendiri (kota satelit) di mana pengawasan dan pengembangannya dilakukan oleh sebuah badan yang mandiri. Penerapan konservasi energi pada gedung dengan ketinggian di bawah 10 m dapat pula dilakukan dengan jalan mengatur tata letak dan jarak antarbangunan. Makin dekat jarak antargedung akan berakibat pada makin tingginya energi yang diperlukan untuk mencapai kenyamanan di dalam ruangan.

Sentra industri adalah satu hal yang juga perlu mendapat perhatian ditinjau dari potensi pengembangannya serta pada kemungkinan pencemaran yang akan terjadi. Limbah proses produksi baik dari rumah tangga maupun dari hasil proses industri perlu mendapat perhatian ditinjau dari potensi pengembangannya sebagai sumber energi biomas serta pada kemungkinan pencemaran yang akan terjadi.

Taman kota dan sabuk hijau merupakan satu faktor yang sangat penting dalam penataan sebuah kota. Selain sebagai paru-paru kota, taman kota juga mampu mengurangi efek pemanasan lokal dan meningkatkan kenyamanan penghuninya. Sabuk hijau mampu berfungsi sebagai wind barrier dan mereduksi kecepatan angin sebelum memasuki wilayah pemukiman. Wind barrier sebaiknya dibangun di sekeliling kota, untuk mengurangi kecepatan angin dan kelembaban relatif yang cukup tinggi serta akan membawa udara segar ke arah perkotaan, yang berakibat pada meningkatnya kenyamanan masyarakat di kota, yang secara tidak langsung akan mengurangi pemakaian energi di perkotaan.
* * *

Apa maksud "energi dalam pembangunan" yang Anda tuangkan dalam orasi ilmiah Anda?Energi adalah sesuatu yang absolut, tidak tercipta dan tidak termusnahkan. Energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya tanpa ada satu pun yang hilang. Dalam konteks ini, energi adalah daya yang dihasilkan dan dipergunakan untuk keperluan rumah tangga, transportasi, penerangan dan sistem pengkondisian udara. Sumber energi yang ada saat ini terbatas, namun pemakaiannya yang tak terbatas. Padahal, ada beberapa sumber energi yang potensial untuk dipergunakan dalam rangka mengantisipasi kelangkaan sumber energi fosil yang dipakai saat ini, yang disebut sebagai renewable energi.

Ada yang salah dalam pemakaian energi untuk pembangunan Bali selama ini sehingga Anda merasa terganggu dan membuat pemikiran sendiri terhadap hal tersebut?Upaya konservasi energi belum dilakukan secara optimal, baik karena kesadaran masyarakat yang masih kurang maupun karena kurangnya pemahaman dari para pemegang kebijakan. Upaya konservasi energi dan konversi energi sebenarnya telah dituangkan dalam rencana pembangunan lima tahun ke depan serta ditujukan untuk mendukung usaha pertanian dan kemaritiman, memperkuat kerja sama dan partisipasi kegiatan, serta mempercepat pertumbuhan ekonomi, khususnya untuk meningkatkan implementasi dari otonomi daerah. Dalam upaya memenuhi kebutuhan energi masyarakat Indonesia di tengah gencarnya seruan akan perbaikan lingkungan hidup, maka hanya ada dua pilihan yang saat ini bisa ditawarkan. Masing-masing pilihan itu adalah energi listrik dengan harga murah namun dengan konsekuensi udara di lingkungan kita tercemar, atau harga listrik yang relatif lebih mahal namun dengan udara di atmosfer kita tetap bersih. Dalam waktu dekat ini kelihatannya belum ada pilihan ketiga yang menawarkan energi listrik dengan harga murah, namun proses pembangkitannya ramah lingkungan.

Bali mengalami lonjakan kebutuhan energi -- dalam hal ini energi listrik -- yang cukup fantastis seiring dengan laju pertumbuhan fasilitas dunia pariwisata dan laju pertumbuhan penduduk. Peningkatan kebutuhan energi listrik di Bali adalah sekitar 8%-12% per tahunnya memerlukan perhatian yang lebih mendalam, karena kebutuhan energi di Bali masih dipenuhi dari Jawa dalam persentase yang besar. Bali sebagai aset negara dalam usaha lumbung devisa negara membutuhkan stabilitas dalam pemenuhan kebutuhan energi. Dengan menjamurnya fasilitas penunjang pariwisata, maka harus diikuti usaha dalam pemenuhannya. Tingkat kestabilan pemenuhan energi yang relatif tinggi akan menjamin kelangsungan bagi sektor pariwisata dan penunjangnya, termasuk bagi dunia usaha di Bali yang akan semakin berkembang, sehingga secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali jika energi listrik tersebut digunakan secara ekonomis.

Beberapa kawasan wisata di Bali sudah menerapkan sistem hotel yang terpadu. Namun, seharusnya kawasan wisata tersebut juga melakukan hal yang sama untuk sistem pengolahan limbah dan pemenuhan sumber energinya. Mereka harus memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhan energi secara bersama-sama, termasuk cara penanggulangan terhadap pencemaran yang dihasilkan. Hal ini juga bertujuan agar kawasan wisata dan pengembangan kawasan wisata senantiasa menyesuaikan dengan RUTR, sehingga setiap insan yang berkeinginan untuk membangun dan mengembangkan kawasan wisata di Bali akan berpikir secara rasional dan menghargai RUTR yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan DPRD-nya.
Analog untuk kawasan wisata dilakukan juga untuk kawasan pemukiman, bisnis, atau industri.

Bila memang suatu kawasan tidak diperuntukkan sebagai lokasi pemukiman, bisnis, atau industri, maka seharusnya tidak akan pernah ada pemikiran untuk mendistribusikan energi ke wilayah tersebut. Hal ini juga sekaligus untuk menghormati RUTR, sehingga para pengembang tidak akan pernah berniat untuk membuka kawasan rural menjadi urban area. Konservasi dan konversi energi adalah upaya yang harus dilakukan bersama oleh pemerintah dan masyarakat guna mengantisipasi kelangkaan energi di Indonesia akibat makin meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya pembangunan di Indonesia yang secara langsung akan meningkatkan kebutuhan energi secara nasional. Harapan kami, upaya konservasi dan konversi energi pada akhirnya akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional -- karena dapat disimpannya energi yang terpakai -- serta pemerataan hasil pembangunan, tanpa merusak ekosistem yang sudah ada. Bagaimana pun, pembangunan nasional bertujuan mulia yakni untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Seharusnyalah pembangunan tersebut dilakukan dengan menyeimbangkan antara faktor manusia, alam semesta dan Tuhan.
* * *

Tentang keluarga Anda. Bagaimana Anda dibentuk di sana?Kami dibentuk dalam keluarga yang harmonis. Ayah saya adalah pegawai Kehutanan, dalam kesehariannya ia menjaga dan berupaya melestarikan lingkungan hidup secara berkesinambungan. Ia sering memperkenalkan kepada kami upaya pelestarian lingkungan hidup dan masalah serta kendala yang harus dihadapi untuk itu. Upaya konservasi sumber daya alam dan hayati telah ia perkenalkan kepada kami, sehingga sedikit tidaknya mempengaruhi pola pikir kami terhadap lingkungan hidup. Ibu saya pegawai Kejaksaan, ia juga mendidik kami tentang beberapa kebijakan yang harus dilakukan. Segala usaha, jerih payah, pengorbanan, bimbingan, inspirasi, motivasi, sugesti, ide-ide dan segalanya, telah menjadikan kami dapat maju dan berkembang seperti sekarang ini.
Sejak kecil Anda tertarik pada bidang apa?Sejak kecil saya tertarik dengan alam. Itu sebabnya orangtua membelikan saya berbagai buku pengetahuan tentang alam. Selain itu saya juga aktif di Pramuka yang sangat dekat dengan alam. Saya menyukai alam dan fenomena yang ada padanya, di mana keterkaitan antara manusia dan alam sangatlah tinggi, yang harus dijaga secara berkesinambungan.

Apa impian Anda waktu kecil?Dari kecil saya bercita-cita menjadi seorang ilmuwan ataupun dokter. Namun, dalam perjalanan hidup, saya juga dibekali pengetahuan filsafat oleh keluarga ayah saya, sehingga membentuk kepribadian yang lebih luas. Saya lebih tertarik pada fenomena alam, mengupasnya secara filsafat dan menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Pengalaman apa yang Anda dapatkan setelah kuliah di ITS (Teknik Mesin)?Sebelumnya saya tidak pernah berpikir untuk mengambil kuliah di jurusan Teknik Mesin. Cita-cita saya adalah menjadi dokter ataupun scientist di bidang ilmu pengetahuan alam yakni fisika, kimia maupun biologi. Namun karena saya tidak diterima PMDK di jurusan Teknik Fisika ITB, maka saat UMPTN saya lebih memilih untuk menjadi dokter. Mungkin karena jalan hidup, saat pendaftaran UMPTN, tangan saya menulis jurusan Teknik Mesin ITS sebagai pilihan pertama, dan ternyata lulus. Saat kuliah di ITS, banyak pengalaman menarik yang saya dapatkan, khususnya upaya pencarian jati diri. Di situlah saya menemukan konsepsi dasar, di mana hidup itu sebenarnya sangat sederhana, namun kita membuatnya menjadi sulit. Sebagai orang Singaraja, sebagai anak alam, maka jiwa saya telah terbentuk secara sistematis, sehingga manajemen hidup menjadi lebih mudah dan menarik.

Bagaimana dengan dukungan keluarga Anda?Keluarga saya sangat mendukung kinerja dan
kegiatan saya, sehingga saya sering meninggalkan mereka untuk penelitian, pekerjaan, maupun untuk publikasi, presentasi dan sebagainya. Prinsip kami adalah keseimbangan antara tugas baik kantor maupun sebagai pribadi dengan kewajiban sebagai kepala rumah tangga maupun sebagai anggota keluarga, dan masyarakat. Peran ibu, saudara dan istri serta anak telah membantu saya untuk pembentukan pribadi seperti sekarang. Mereka adalah buah hati, sumber inspirasi dan motivasi saya sehingga saya perlu menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga atas pengertian, perhatian dan kesabaran serta pengorbanan yang tulus yang telah diberikan selama ini.

SUMBER AIR DI BALI, PERMASALAHAN DAN SOLUSINYA

SUMBER AIR DI BALI, PERMASALAHAN DAN SOLUSINYA

Teologi dan Etika Air merupakan cermin kearifan lokal dalam pengelolaan air yang menegaskan peran lembaga masyarakat dalam manajemen air. Pengelolaan sumberdaya air dilakukan melalui pendekatan teologik-teknologis-teknokratis, karena air bersifat tangible-intangible. Teologi dan Etika mempunyai landasan akademik terhadap pendekatan sektoral pemanfaatan sumberdaya alam. Para ilmuwan dan pengambil kebijakan harus berhati – hati dalam mengambil keputusan pengelolaan sumberdaya alam. Pengambil kebijakan hendaknya jangan memandang rendah pada kearifan lokal dan jangan pula berasumsi bahwa hanya pengetahuan modern yang valid dalam memecahkan masalah pengelolaan air.
Visi pengelolaan air dalam UU No. 7 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa air harus dikelola melalui penataan seluruh ekosistemnya dalam satu kesatuan pengelolaan. Keseimbangan kedudukan air sebagai benda sosial, lingkungan hidup dan ekonomi. Mengakui air sebagai satu karunia dimana keberadaan sumberdaya air diatur oleh mekanisme alam yang bersifat sangat adil dan fleksibel.

Karakteristik air telah memberi inspirasi masyarakat Bali memahami nilai skala- niskala, rwa-bhinneda dan rekonsliatif air. Sistem pengelolaan secara transparan, demokratis dan tercermin dalam pengambilan keputusan melalui forum dialog kelompok masyarakat Bali dilaksanakan dalam sistem pertanian dan subak sebagai sistem budaya yang didukung oleh norma, kelembagaan dan artofak sebagai berikut:
1. Karakteristik sebaran keberadaan air menunjukkan bahwa air selalu bergerak mencari jalannya secara bertahap dalam bentuk tetes, aliran, gelombang dan dapat berubah wujud menjadi uap ataupun salju, namun dapat berbalik kembali dalam bentuk badai dan tsunami. Air memberikan kehidupan ekonomi, sosial yang adil dan transparan. Secara etika moral, sistem pengaturan memungkinkan setiap orang untuk dapat memenuhi kebutuhan air. Kegagalan memperoleh kebutuhan air secara etik menggambarkan kegagalan sistem distribusi, juga menggambarkan ketidakberhasilan sistem ekonomi untuk mencapai konsumen, karena air tidak diproduksi. Karakter air karenanya dapat memberi pembelajaran politik yang demokratis dan bermoral.
2. Perjalanan air yang melintas tanpa batas negara karena sifatnya yang dapat berubah dari padat, cair dan gas. Keajaiban siklus hidrologis di alam dinyatakan dalam Weda (Rig. 2.35.3) Water collects together, others join them as rivers and they flow together to a common reservoir. The pure water has gathered round the hydrodynamic power. Keberadaan air pada semua tempat dan makhluk secara dinamik sehingga dapat memberikan pembelajaran keanekaragaman, rekonsiliatif, toleransi dan konsistensi.
3. Tubuh manusia berawal dan dihidupi oleh aliran air, air kehidupan (narayan). Air di alam semesta dimana sebarannya diibaratkan sebagai tujuh sungai kehidupan di India (Saptanadi). Distribusi air dalam seluruh kehidupan dan sistem penyangganya memiliki spirit dan etika pemeliharaan yang bersahaja dan damai seperti sifat keibuan. Saraswati sebagai wanita danau penyedia air susu sumber kehidupan. Saraswati, Air susu-Nya yang melimpah-limpah sebagai sumber kesejahteraan, diberikan kepada semua yang baik. Saraswati, sebagai Ibu yang paling utama, sungai yang paling mulia. Dewi yang paling mulia yang memberi kemasyuran. Itu sebabnya kita harus belajar tentang Air pemberi dan penjaga kehidupan.
4. Eksistensi Pekaseh, Sedahan Agung dan Sabhantara sebagai kelembagaan subak bersifat otonom dan memiliki aturan dan hukum tersendiri. Kehadiran sistem subak telah mampu menghasilkan terasering penampungan air yang tersimpan dalam sistem lanskap. Ayunan simpanan energi analog dengan Pelungan Ida Bhatara yang menghubungkan semua titik sebagai perjalanan suci kehidupan. Keajaiban perjalanan air telah mampu menghasilkan kelembagaan tradisional pengairan yang mandiri. Perlu adanya upaya bersama dalam pengaturan kelembagaan tersebut sesuai dengan dinamika masyarakat.
5. Air telah tersedia dalam berbagai tingkatan potensi, terdistribusi secara ajaib dan menakjubkan melalui mekanisme abadi siklus hidrologi. Ganet Hardin mengungkapkan bahwa ketidakarifan pengelolaan sumberdaya menghasilkan suatu tragedy of common, akibat tidak jelas dan tidak dipatuhinya aturan main. Lebih baik hati – hati mengelola konflik sumberdaya air agar tidak membayar dengan biaya sosial yang sangat tinggi. Perlu diupayakan forum – forum dialog sebagai pemberdayaan dan kajian strategis untuk mengelola sumber daya air tersebut.
Pada millenium ketiga ini, air menjadi Sumber Daya Alam (SDA) yang lebih penting dibandingkan dengan minyak, gas dan pertambangan alam lainnya. Pentingnya air sebagai sumber daya alam dapat ditinjau dari segi ekonomi maupun nilai untuk menunjang kehidupan manusia, dan diperkirakan pada dua generasi mendatang dunia akan menghadapi masalah air yang serius, karena pada masa itu penduduk dunia diprediksikan akan mencapai tiga miliar dimana sebagian besar bermukim di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sejalan dengan pertambahan penduduk dan industrialisasi di Indonesia, kebutuhan akan air (terutama air bersih) akan cenderung semakin meningkat. Akan tetapi, meningkatnya kebutuhan air ini justru diikuti dengan berkurangnya sumber-sumber air itu sendiri, baik itu sumber air tanah ataupun air permukaan. Permasalahan yang kompleks terhadap sumber-sumber air dewasa ini berpengaruh terhadap persediaan air.

Pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat merupakan suatu masalah serius yang dihadapi kota-kota besar, termasuk kota Denpasar. Meningkatnya jumlah penduduk berarti semakin meningkatkan pemenuhan akan kebutuhan air bersih. Sehingga keberhasilan dalam melayani kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat adalah tergantung dari sistem perencanaan jangka panjangnya seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk namun berkurangnya sumber air yang ada.

Perencanaan jangka panjang proses penyusunannya secara hirarkis dimulai dari perumusan visi dan misi perusahaan (corporate vision and mission) yakni suatu yang dicita-citakan yang nantinya akan menjadi arahan jangka panjang bagi pengelolaan perusahaan. Suatu misi haruslah dirumuskan oleh pendiri atau pemilik perusahaan selama waktu berjalan, namun bisa saja suatu kelompok manajemen atau masyarakat ditugaskan untuk meninjau kembali misi yang telah dirumuskan terdahulu dengan menimbang adanya dinamika (perubahan) dan perkembangan yang terjadi. Disinilah peran serta masyarakat (dalam hal ini para pemikir) diharapkan dapat terlibat untuk bersama-sama mengemban misi kedepan, sehingga dapat memecahkan masalah yang ada.

Dalam menentukan kebutuhan penduduk atau konsumen terhadap air bersih terlebih dahulu ditentukan standar konsumsi air.
Saat ini standar konsumsi air untuk daerah perkotaan adalah sebesar 160 liter per orang per hari. Namun untuk standar konsumsi seluruh masyarakat adalah 200 liter per orang per hari, dengan ketentuan pelayanan sebagai berikut:
- Pemenuhan pelayanan domestik sebesar 80% dari jumlah penduduk. Pelayanan domestik mencakup pelanggan rumah tangga dan kran umum.
- Pemenuhan pelayanan nondomestik sebesar 23% dari pelayanan domistik. Pelanggan nondomistik mencakup instansi pemerintah/sosial, industri dan perdagangan , pelabuhan dll.
- Kehilangan air sebesar 20% dari pelanggan domestik dan nondomestik.

Berdasarkan perhitungan terdapat kesenjangan antara proyeksi produksi dalam melayani kebutuhan penduduk akan air bersih. Dalam mengatasi meningkatnya permintaan akan air bersih (dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, perubahan pola konsumsi air masyarakat, terbatasnya sumber air) serta untuk mengantisipasi peningkatan tersebut, maka telah dilakukan pembuatan sumur – sumur dalam (bor) baru.

Pengunaan sumur bor (sumur dalam) semakin lama akan sangat membahayakan lapisan bumi dimana penggunaannya yang semakin meluas akan dapat menurunkan permukaan bumi secara bertahap, sehingga dampaknya akan sangat berbahaya bagi keselamatan mahkluk hidup yang ada dipermukaan bumi termasuk umat manusia, walaupun dampaknya tidak terasa sekarang akan tetapi suatu saat kedepan akan dirasakan oleh generasi berikutnya. Hal ini terjadi karena air tanah (ground water) memiliki kecepatan masuk yang lebih rendah dibandingkan kecepatan pemompaan keluar, sehingga berakibat pada kosongnya lapisan ground water. Sebagai akibatnya maka permukaan bumi akan menurun secara bertahap.

Penurunan debit air saat ini telah terjadi di beberapa sumber mata air. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan di Danau Buyan (Buleleng), maka air di danau Buyan telah mengalami penyusutan yang sangat drastis dalam dua tahun belakangan ini.

Wilayah daratan yang terbentuk adalah sekitar 343.225,2806 m2, dimana ini berarti telah terjadi penyusutan air danau sebesar 34,3225 hektar. Berdasarkan penelitian tahun 2005, kedalaman danau Buyan adalah sekitar 60 m, sedangkan dalam penelitian tahun 2006 kedalamannya sekitar 54 m. Secara keseluruhan air di danau Buyan telah mengalami penyusutan sebesar 1.029.675,8418 m3 dalam kurun waktu satu setengah tahun. Sebagai sebuah danau fosil, seharusnya air di danau Buyan berada dalam kondisi setimbang. Artinya, pada musim kemarau air akan mengalami penyusutan (akibat evaporasi yang berlebihan) namun akan kembali penuh pada saat musim hujan.

Berkurangnya volume air di danau Buyan banyak disebabkan karena berubahnya topografi di sekitar danau Buyan. Telah terjadi ketidakseimbangan antara kecepatan evaporasi air danau dengan perembesan air permukaan yang mengalir menuju danau Buyan.

Yang pertama, dalam penelitian ini disampaikan bahwa beda temperatur, kelembaban dan kecepatan angin sangat mempengaruhi terbentuknya hujan di sekitar danau Buyan. Telah terjadi peningkatan temperatur di sekitar danau Buyan sekitar 30C, kelembaban yang semakin tinggi dan kecepatan angin yang semakin lemah. Ketiga parameter tersebut mendorong meningkatnya evaporasi air di danau Buyan namun mengurangi potensi terjadinya hujan sehingga secara langsung akan berakibat pada menurunnya volume air danau Buyan.

Yang kedua, apabila memperhatikan topografi yang ada di sebelah selatan danau Buyan, maka tampak dengan jelas adanya perubahan pada jenis tanaman/pepohonan, dimana tidak ada lagi pohon yang mampu menyerap air permukaan. Sebagai akibatnya maka ketika turun hujan dengan lebat, seluruh air yang mengalir di permukaan tanah akan hanyut dalam bentuk sedimentasi menuju ke danau. Hal ini secara langsung akan menutup permukaan danau dan menyebabkan menyusutnya volume air danau Buyan. Terbukti juga bahwa debit aliran sungai yang mengalir baik ke arah selatan maupun ke utara mengalami penyusutan akibat tertutupnya aliran ke sungai – sungai sebagai hasil dari proses sedimentasi tersebut.

Yang ketiga, telah terjadi eksploitasi yang berlebihan terhadap air danau Buyan. Perkebunan yang ada di bagian timur dan selatan danau Buyan menggunakan air yang diambil dari danau. Ada dua puluh penduduk yang memompa air danau Buyan dengan kapasitas masing – masing 2.000 liter perhari. Sehingga apabila dihitung penduduk di sekitar danau Buyan menggunakan air sebesar 29.200 m3 dalam satu setengah tahun ini. Perkebunan strawberry yang ada di sekitar danau Buyan juga menggunakan sumber air dengan debit per hari sebesar 2,74 m3, sehingga dalam satu setengah tahun menggunakan sumber air sebesar 2.000 m3. Apabila jumlah kebun strawberry yang ada sekitar 10 titik, maka dalam satu setengah tahun telah terjadi pemakaian air sebesar 20.000 m3.

Yang keempat adalah, diduga terjadi kebocoran di sekitar danau Buyan. Hal ini bisa dilakukan dengan sengaja maupun tidak disengaja. Tidak disengaja adalah akibat adanya pergeseran pada permukaan bumi, sehingga mengakibatkan terjadinya celah di dasar ataupun di bibir danau. Sedangkan yang disengaja adalah akibat adanya kegiatan ekslpoitasi terhadap permukaan bumi, yang secara tidak disadari berakibat pada retaknya permukaan bumi, tepat di sisi yang sama dengan dasar danau. Apabila penyusutan air danau Buyan disebabkan oleh eksploitasi air untuk perkebunan, sedimentasi dan peningkatan evaporasi, maka kecepatan penyusutan tersebut tidak akan mencapai angka 1.029.675,8418 m3 dalam kurun waktu satu setengah tahun ini. Sehingga perlu ditengarai adanya retak dan kebocoran baik di dasar maupun bibir danau. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan tracer (pencacah) isotop radiokatif, sehingga akan diketahui bagaimana penyusutan air danau Buyan terjadi secara drastis.

Peningkatan temperatur dan menyusutnya air di danau Buyan tidak bisa ditoleransi lagi, karena sudah menjadi komitmen kita bersama untuk mempertahankan kenaikan temperatur sebesar 10C dalam waktu seratus tahun dan menjaga volume air tidak melebihi 20.000 m3 per tahun.
Untuk mengatasinya maka perlu:
1. Pemercepatan penghijauan kembali di lereng – lereng gunung yang mengelilingi danau Buyan. Untuk bisa mempertahankan temperatur sebesar 10C dalam waktu seratus tahun, maka luas hutan yang harus dibuat adalah lima kali dari luas hutan yang ada sekarang. Hal ini selain akan mengurangi perubahan temperatur juga akan mengurangi laju evaporasi air danau dan mempercepat proses kondensasi di permukaan. Dengan demikian kapasitas dari aliran air akan senantiasa konstan dan setimbang serta akan mengembalikan volume air danau Buyan.
2. Lahan sayuran yang saat ini ada di sekitar danau Buyan perlu pembudidayaan secara benar. Diperlukan metoda dan teknik penanaman yang baik sehingga tidak memerlukan banyak air untuk pembudidayaannya.
3. Sumur bor yang ada di sekitar danau Buyan juga perlu dihentikan serta diuji dengan isotop radioaktif, untuk membuktikan bahwa tidak ada kebocoran di bibir dan dasar danau akibat pemboran tersebut.
4. Penegasan kembali terhadap sempadan, hak dan kewenangan masyarakat sekitar danau, peran pemerintah dan upaya penanggulangan secara terpadu. One island one gate policy.

Perlu diketahui, bahwa semakin banyak sedimentasi yang terjadi di danau Buyan akan berakibat pada menurunnya volume air di danau Buyan dan menurunnya debit aliran ke sungai – sungai. Serta bagi penduduk di sekitar danau Buyan juga akan menimbulkan masalah bagi pompa mereka, karena akan memerlukan daya yang lebih besar (berarti perlu bahan bakar yang lebih banyak dan waktu yang lebih panjang) untuk memperoleh jumlah air yang sama, serta akan berakibat pada terjadinya kavitasi pada pompa mereka.

Pada millenium ketiga ini air akan menjadi Sumber Daya Alam (SDA) yang lebih penting dibandingkan dengan minyak. Pentingnya air sebagai sumber daya alam dapat ditinjau dari segi ekonomi maupun nilai untuk menunjang kehidupan manusia. Diperkirakan pada dua generasi mendatang dunia akan menghadapi masalah air yang serius, karena pada masa itu penduduk dunia diprediksikan akan mencapai tiga miliar, sedangkan sumber daya air akan mengalami penurunan.

Sejalan dengan pertambahan penduduk dan industrialisasi di Indonesia, kebutuhan akan air (terutama air bersih) akan cenderung semakin meningkat. Akan tetapi, meningkatnya kebutuhan air ini justru diikuti dengan berkurangnya sumber-sumber air itu sendiri, baik sumber air tanah ataupun air permukaan. Permasalahan yang kompleks terhadap sumber-sumber air dewasa ini berpengaruh terhadap persediaan air di masa mendatang.
Pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat merupakan suatu masalah serius yang dihadapi kota-kota besar, termasuk kota Denpasar, Tabanan, Badung dan Gianyar atau yang lebih sering disebut sebagai Sarbagita. Meningkatnya jumlah penduduk harus seiring dengan upaya penyediaan air bersih.

Selain hal tersebut, permasalahan air bersih ini harus dibarengi dengan peningkatan kinerja perusahaan jasa air minum, terutama dalam pemilihan peralatan dan distribusi. Peningkatan ini akan lebih bermanfaat lagi apabila perusahaan mampu memprediksi proyek jangka panjangnya.
Salah satu tolak ukur yang menunjang keberhasilan dalam melayani kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat adalah tergantung dari sistem perencanaan jangka panjangnya. Berhubungan dengan masalah ini perlu dirancang dan direncanakan instalasi pengolahan air minum yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah Sarbagita, mulai dari kebutuhan peralatan produksi dan distribusi air minum masyarakat untuk proyeksi tiga puluh tahun yang akan datang.

Perencanaan jangka panjang juga disebut strategic plan. Proses penyusunannya secara hirarkis dimulai dari perumusan visi dan misi perusahaan (corporate vision and mission) yakni suatu usaha yang dicita-citakan yang nantinya akan menjadi arahan jangka panjang bagi pengelolaan perusahaan. Misi sering juga disebut dengan tujuan (super-goal). Suatu misi haruslah dirumuskan oleh pendiri atau pemilik perusahaan selama waktu berjalan, namun bisa saja suatu kelompok manajemen atau masyarakat ditugaskan untuk meninjau kembali misi yang telah dirumuskan terdahulu dengan menimbang adanya dinamika (perubahan) dan perkembangan yang terjadi. Disinilah peran serta masyarakat (dalam hal ini para pemikir) diharapkan dapat terlibat untuk bersama-sama mengemban misi kedepan, sehingga dapat memecahkan masalah yang ada.

Kota Denpasar saja dalam rangka melayani kebutuhan akan air bersih seluruh masyarakat pada tahun 2001 baru mencapai 815 liter/detik (70.416.000 liter per hari), yang terdiri dari:
- Instalasi pengolahan air Tukad Ayung III dengan kapasitas sebesar 385 liter/detik
- Delapan unit sumur dalam dengan kapasitas 180 liter/detik
- Pembelian air dari PDAM Badung kapasitas sebesar 150 liter/detik
- Pembelian air dari PDAM Gianyar kapasitas 25 liter/detik
- Pembelian air dari PTTB kapasitas 75 liter/detik

Produksi air bersih untuk memenuhi kebutuhan penduduk
Dalam menentukan kebutuhan air bersih bagi penduduk atau konsumen, terlebih dahulu ditentukan standar konsumsi air untuk daerah perkotaan yakni sebesar 160 liter /orang hari atau 0,160 m3/orang hari. Untuk proyeksi direncanakan jumlah produksi dengan ketentuan pelayanan sebagai berikut :
- Pemenuhan pelayanan domestik sebesar 80% dari jumlah penduduk. Pelayanan domestik mencakup pelanggan rumah tangga dan kran umum.
- Pemenuhan pelayanan nondomestik sebesar 23% dari pelayanan domistik. Pelanggan nondomistik mencakup instansi pemerintah/sosial, industri dan perdagangan , pelabuhan dll.
- Kehilangan air sebesar 20% dari pelanggan domestik dan nondomestik.

Dari data yang ada jumlah kebutuhan produksi air bersih Kota Denpasar pada Tahun 2010 adalah sebesar 129.846,8 m3/h atau 3.116.323.200 liter per hari. Sehingga akan terjadi kesenjangan antara produksi terhadap kebutuhan penduduk. Dalam mengatasi permintaan akan air bersih yang diproyeksikan terus meningkat dan dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, perubahan pola konsumsi air masyarakat, terbatasnya sumber air serta untuk mengantisipasi peningkatan tersebut, maka perlu dibangun instalasi pengolahan air yang dapat mensubsidi kekurangan tersebut.

Pengunaan sumur bor (sumur dalam) semakin lama akan sangat membahayakan lapisan bumi dimana penggunaannya yang semakin meluas akan dapat menurunkan permukaan bumi secara bertahap, sehingga dampaknya akan sangat berbahaya bagi keselamatan mahkluk hidup yang ada dipermukaan bumi termasuk umat manusia , walaupun dampaknya tidak terasa sekarang akan tetapi suatu saat kedepan akan dirasakan oleh generasi berikutnya. Sementara itu pembelian air dari perusahaan lain dapat ditekan melalui pembuatan instalasi pengolahan air permukaan yang baru, dimana salah satunya adalah dengan menggunakan sumber air laut.
Dalam Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang dimaksud dengan: sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.

Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang berada di darat dilakukan dengan memperhatikan fungsi lingkungan hidup. Selain itu, badan usaha dan perseorangan dapat menggunakan air laut yang berada di darat untuk kegiatan usaha setelah memperoleh izin pengusahaan sumber daya air dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Koperasi, badan usaha swasta, dan masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Pengaturan terhadap pengembangan sistem penyediaan air minum bertujuan untuk:
a. terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau;
b. tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan; dan
c. meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.

Untuk itu, Prof. Wijaya Kusuma akan berupaya memenuhi tuntutan kebutuhan air minum di Kota Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita), sehingga sumber daya air yang berasal dari permukaan dapat digunakan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan akan pertanian (irigasi) tanpa merusak tatanan yang sudah ada serta bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih.

Why Water Treatment?
There is a lot of water on earth, but still it is rare fluid
Just 2% of the total volume is suitable for our daily need
Water means life

Our Vision
Without water we can not survive
Fresh drink water must be attainable for everyone (drinking, cooking etc.)
Fresh drink water is the first step to a healthy life
With fresh drink water, business can increase (Tourism, Food)
Investment in water is fruitful

Our Mission
To supply fresh drink water (WHO standard)
To make fresh drink water attainable and payable for everyone
To supply solutions for water treatment problems (potable water, irrigation, waste water, sewerage, brackish, etc.)
To increase the quality of the environment

Goal
To supply high quality (drink) water, no matter where it comes from

Solutions
Developed dedicated processes for treating contaminated water, requiring minimal energy, maintenance and utilizing readily available chemicals.
The systems are suitable for small communities, private users such as hotels, holiday resorts and industrial plants, which are pumping water directly from low quality surface, underground water sources and sea water.
Our standard systems treat from 7 m³/day up to 500 m³/hr (= 500.000 liters / hr)

Company
• Professional, dedicated and well educated employers
• High service level
• Consultancy
• Solutions to your problem(s) / request(s)
• Maintenance
• Partnership with clients

Main usage application groups
• Potable water for human consumption –drinking water (WHO-standard)
• Industrial usage (process water)
• Irrigation

Global solutions for water treatment and filtration
• Water treatment systems
• Industrial (waste water, food & textile industries)
• Municipal (sewer & drinking water plants)
• Agricultural ( RO systems & irrigation )
• Hotels & Resorts (drinking water, grey water treatment & energy solutions)
• Cold and heath out of Seawater for reducing energy costs for air conditioning

Technology
Industrial water process: Membrane, Filtration, Sedimentation, Coagulation, Biological treatment and Ozon (O3)

Drinking water including: Membrane, Active carbon filters, Aeration, biologic and chemical treatments, Ultra violet (UV) and Other depends on design.

Reverse Osmosis Systems
• Pure drinking water from seawater
• Desalination treatment of sea water & brackish water
• Removal of poisonous contaminations or production of ultra pure water
• Reverse Osmosis (RO) is a reliable, easy to use membrane separation process for desalination and purification of water
• Modern RO membranes are capable of the highest filtration level, separation of dissolved salts from water (with over 99% efficiency) and almost complete removal of bacteria, viruses and colloidal matter.

Sistem Pengolahan Air
Instalasi pengolahan air secara umum dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Intake
2. Aeration cascade dan bak pencampur (mixing chamber)
3. Pulsator
4. Filter dan sistem back wash
5. Bangunan kimia (chemical building)

Unit Intake
Bangunan intake berfungsi sebagai penyadap air baku. Bangunan ini harus dilengkapi dengan screen agar dapat melindungi sistem perpipaan dan pompa dari kerusakan atau penyumbatan yang diakibatkan oleh adanya material melayang atau mengapung. Intake pada instalasi ini memiliki beberapa unit yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

Saluran Pembawa
Sumber air baku diperoleh dari air laut di hulu lokasi intake. Aliran air di connection channel mengalir dengan debit yang telah diatur oleh regulating gate menuju bak prasedementasi. Pada saat tertentu saluran tersebut dapat menjadi kotor oleh lumpur, sehingga perlu dilakukan pembersihan dimana air tersebut dibuang kesaluran drain.

Bak Prasedementasi
Pada kenyataannya bak prasedementasi ini tidak berfungsi untuk mengendapkan partikel disket secara optimal. Air baku yang waktu masuk dari connection channel diatur flanges sliding gate. Dengan waktu tertentu diharapkan lumpur akan mengendap pada bak ini dan air akan mengalir ke sumur pengumpul melalui pelimpah.

Sumur Pengumpul
Sumur pengumpul berfungsi untuk mengumpulkan air yang berasal dari bak prasedementasi sebelum dipompakan menuju instalasi. Air dalam bak pengumpul akan dihisap oleh masing-masing pipa yang dilengkapi dengan strainer. Strainer di pipa isap berguna untuk menyaring benda-benda kasar yang dapat merusak pompa, Selain itu juga dipasang water level indikator yang berfungsi untuk mengontrol tinggi muka air. Jika tinggi muka air terlalu rendah pompa akan berhenti secara otomatis, sedangkan jika tinggi muka air naik hingga mencapai ketinggian tertentu maka pompa dapat dihidupkan kembali secara manual sehingga tidak terjadi kehabisan air pada sumur pengumpul.

Saluran Penguras Lumpur
Lumpur di bak prasedementasi dan bak pengumpul dibuang melalui sebuah saluran khusus yang terletak dibawah pelimpah antara bak prasedementasi dan bak pengumpul (sump well). Pengurasan lumpur dilakukan dengan membuka sliding gate di sebelah hilir bak prasedemantasi, yang selanjutnya air beserta lumpur mengalir melalui saluran pembuang menuju sungai.

Rumah Pompa
Perhitungan perencanaan pompa pada intake diawali dengan menggunakan persamaan kontinuitas,
Q = A · V………………………………………………………... (1)
Dimana :
Q = debit aliran (m3/dt)
V = kecepatan aliran (m/dt)
A = luas penampamg pipa (m2)

· Perhitungan Head Instalasi Pompa
- Mayor Losses (hf)
Mayor losses adalah kerugian head yang disebabkan oleh terjadinya gesekan antar fluida yang mengalir dengan dinding dalam pipa. Mayor losses dipengaruhi oleh kekasaran permukaan dinding pipa bagian dalam, kecepatan aliran fluida, serta panjang pipa
hf = ………………………………………………………..(2)

dimana :
hf = mayor losses (m)
f = faktor gesek
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa bagian dalam (m)
V = kecepatan aliran fluida (m/dt)
g = gravitasi bumi (9.81 m/dt2)
Bilangan Reynolds dapat dirumuskansebagai berikut :
Re = …………………………………………………………..(3)
dimana :
Re = bilangan Reynolds
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
V = kecepatan aliran fluida (m/dt)
D = diameter pipa (m)
μ = viskositas absolute fluida (kg/m dt)
Pada temperatur 20˚ C air mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
ρ = 998,3 kg/m3 dan μ= 0.993 . 10-3 kg/m dt

- Faktor gesek
Faktor gesek (f) merupakan fungsi dari bilangan Reynolds (Re) dan kekasaran relatif (e/d). Faktor gesek dapat diturunkan secara sistematis untuk aliran laminer, tetapi belum ada hubungan matematis yang sederhana untuk menyatakan variasi f dengan bilangan Reynolds untuk aliran turbulent. Apabila harga kekasaran absolute (e) diketahui, maka harga faktor gesek (f) dapat dilihat pada Moody Diagram. Sedangakan untuk pipa-pipa mulus/licin dengan bilangan Reynolds antara 3000 sampai 100.000, harga-harga faktor gesek dapat dicari dengan rumus :
f = ; 3000≤ Re ≤ 100.000 ……………………………...(4)
f = ; Re ≥ 100.000 ………………………………….(5)

- Minor Losses (hm)
Minor losses adalah kerugian yang terjadi karena adanya belokan-belokan, katup-katup, pecabangan dan juga karena adanya perubahan pada luas penampang pipa. Kerugian head tersebut ditentukan dengan menggunakan persamaan :
hm = ………...………………………………………………..(6)
dimana :
V = kecepatan aliran fluida (m/dt)
K = koefesien minor losses
hm = minor losses
g = gravitasi (9,8 m/dt2)

- Head Losses Total
Hl = hf + hm ………………………………………………………….(7)
- Head Losses Instalasi Pompa.
Hlip = Hls + Hld

· Penentuan Putaran Spesifik (Ns)
Ns = n х ….………………………………………………...(8)
dimana :
Ns = putaran permintaan (rpm)
n = putaran poros pompa (ns)
Q = kapasitas aliran(l/dt)
H = head total pompa (m)

· Daya pompa
Daya pompa = …………….………………………..(9)
Dimana :
Q = debit air yang akan dialirkan/kapasitas pompa (l/dt)
H = head total (m)
ρ = massa jenis air pada 20˚ C (998.3 kg/m3)
g = gravitasi (9,8 m/dt2)
η = effisiensi pompa
tr = effisiensi transmisi = 1

Rumah pompa di intake mempunyai beberapa buah pompa yang dihubungkan dengan sumur pengumpul dengan pipa isap (suction).
Perlengkapan pada rumah pompa adalah sebagai berikut :
· Non Return : berfungsi untuk menekan aliran listrik
· Manifold : untuk mengalirkan air dari masing-masing pompa
· Aliran kerusakan pompa
· Indikator tekanan pompa(pump pressure indikator)
· Pressure pump pada manifold
· Presure indikator pada pipa
· Alat sensor aliran air baku

Pompa pada Intake instalasi digunakan untuk menaikkan air dari sump well ke instalasi pengolahan selanjutnya dan terdiri dari beberapa buah pompa dengan kapasitas masing-masing pompa adalah 95 l/dt, didalam pengoperasiannya hanya beberapa buah pompa beroperasi dan sebuah pompa sebagai cadangan. Masing-masing pompa tersebut dilengkapi motor yang berkapasitas power 90 KW.

Anti Water Hamer
Anti water hammer berfungsi untuk meredam aliran balik apabila pompa berhenti secara mendadak. Hal ini perlu dilakukan agar pompa tidak terhantam aliran balik tersebut yang dapat merusak pompa. Prinsip kerja anti water hammer adalah tekanan ditabung anti water hammer sedemikian rupa sehingga selalu sama dengan tekanan air yang dihasilkan oleh pompa. Apabila pompa berhenti bekerja tekanan disekitar pompa akan menjadi rendah sehingga air berada dalam tabung anti water hammer akan keluar karena tekanannya

Unit Aerator
Unit Aerator dapat digolongkan sebagai unit operasi dalam pengolahan air minum. Aerasi adalah suatu bentuk operasi perpindahan gas yang pada umumnya dipakai untuk :
· Menambahkan oksigen guna mengoksidasi besi atau mangan yang terlarut.
· Menghilangkan karbondioksida untuk mengurangi terjadinya korosi dan gangguan pada proses pelunakan dengan lime soda.
· Menghilangkan hidrogen sulfida hidrogen untuk menghilangkan bau dan rasa.
· Menghilangkan gas-gas yang dapat menghasilkan korosif
· Menghilangkan volatilmoil

Pada proses Aerasi terjadi pertukaran gas yang meliputi gas-gas yang dikeluarkan dari air ke udara dan gas-gas yang dimasukkan kedalam air.

Unit Pulsator
Pulsator clarifier merupakan suatu unit yang berfungsi sebagai flokulator dengan sistem pulsasi sludge blanket. Unit ini terdiri dari dua pulsator clarifier (dengan satu sistem vacum chamber), dimana setiap pulsator dirancang, untuk klarifikasi air baku tanpa penambahan polimer dan mempunyai ukuran setengah dari input nominalnya (95 l/dt). Pada prinsipnya unit pulsator terdiri dari beberapa sistem yaitu vacum chamber,sistem distribusi air baku, sistem pengumpulan air terklarifikasi, sistem pengurasan lumpur dan sistem pembersihan.

Unit Filter
Pada unit filter ini digunakan beberapa buah nozzle yang dipasang pada ancor ring dan rubber gasket. Hal ini dipandang perlu agar pasir yang berada di atasnya tidak terbawa aliran masuk ke sistem outlet filter yang akan mengakibatkan kerusakan siphon maupun pompa-pompa di unit selanjutnya. Selain itu pula nozlle berperan pula dalam sistem backwash.

Bangunan Kimia
Bangunan kimia ini merupakan sutu bangunan yang berfungsi untuk mempersiapkan dan mensuplay bahan kimia yang dibutuhkan dalam proses pada instalasi. Bahan kimia yang dipersiapkan adalah alum untuk koagulasi dan hipokloid untuk proses prachlorinasi dan disinfeksi. Di dalam bangunan kimia ini terdapat bak-bak yang dilengkapi dengan pengaduk yang digerakkan oleh motor secara elektrik. Air tercampur dikirim dari bak pengumpul air hasil filtrasi. Sedangkan untuk menginjeksikan larutan hipoklorid digunakan tiga buah pompa dengan spesifikasi sebagai berikut :
· Satu pompa dogging type reciprocating dengan debit yang diatur secara manual sekitar 200 l/jam dengan tekanan 2 bar , yang digerakkan oleh motor listrik dengan 0.55 Kw untuk proses prachlorinasi.
· Satu pompa dogging type reciprocating, dengan debit yang diatur secara manual sekitar 66 l/jam dengan tekanan 2 bar, yang digerakkan motor listrik dengan daya 0.25 KW untuk proses diinfeksi
· Satu pompa dogging dengan type reciprocating, dengan debit yang diatur secara manual sekitar 200 l/jam dengan tekanan 2 bar, yang digerakkan oleh motor listrik dengan daya 0.55 KW untuk cadangan

Setelah tahapan-tahapan dari proses pengolahan air,selanjutnya air yang sudah diolah ditampung pada reservoir yang mempunyai kapasitas 10.000 m3 dan 8.000 m3 dilokasi Instalasi Pengolahan Air .

Sistem Distribusi
Untuk dapat mendukung kontinuitas pelanggan selama 24 jam dengan tekanan di masing-masing pelanggan bisa merata, maka pada daerah-daerah tertentu akan dilengkapi dengan 3 (tiga) unit bangunan penampung air (reservoir) yang lokasinya menyebar diseluruh area pelanggan. Dan untuk menyalurkan air dari sumber sampai kepada masyarakat pelanggan dipergunakan pipa transmisi dan pipa distribusi sepanjang 1.050.019 m. Pipa-pipa tersebut digolongkan menjadi pipa induk dan pipa dinas. Pipa induk dapat terdiri dari pipa primer, sekunder, dan tersier. Dimana fungsi pipa induk tersebut adalah menyalurkan air ke seluruh daerah distribusi. Sedangkan pipa dinas berfungsi untuk membagi air ke para pelanggan. Pipa-pipa tersebut dipasang dengan membentuk sistem jaringan sehingga air dapat disuplay secara merata sesuai dengan yang dibutuhkan.

Komponen Sistem Distribusi
Komponen sistem distribusi meliputi hal-hal seperti dibawah ini :
1. Stasiun Pompa
Stasiun pompa ini berfungsi sebagai berikut :
a. Memompa air dari bangunan penyadap air baku ke bangunan pengolahan
b. Memompa air secara langsung pada sistem penyimpanan
c. Menaikkan air ke daerah pelayanan yang mempunyai ketinggian diatas rata-rata
2. Pipa Primer dan Pipa Sekunder
Pada umumnya pipa primer dan pipa sekunder terdapat pada jaringan distribusi besar dengan bentuk networks. Pada sistem distribusi yang kecil pipa sekunder biasanya merupakan pipa cabang. Penggunaan jenis material pipa tergantung dari kebutuhan dan manfaat serta keadaan topografi maupun kondisi tanah
3. Water Meter
Water meter merupakan alat untuk mencatat kuantitas air yang mengalir. Alat ini sangat penting dan harus dipasang pada sistem distribusi. Juga sangat berguna pada sistem manajemen perusahaan terutama di bidang operasi. Pemasangan dari water meter ini ditempatkan pada tempat-tempat yang diperlukan seperti inlet sistem distribusi outlet service reservoir, pipa pembawa dan pumping station.
4. Hidran Kebakaran
Pemadam kebakaran tidak selalu menjadi tanggung jawab dari pengelola air bersih, namun berdasarkan praktisnya pengelola air menyediakan air untuk kebakaran setiap saat dengan memasang fine hydrant.

Sistem Instalasi Pipa
Pipa merupakan jalan bagi mengalirnya fluida ke unit pengolahan selanjutnya atau ke konsumen. Sistem instalasi pipa dapat dibedakan menjadi dua ,yaitu :
a. Sistem transmisi
Meliputi pipa transmisi/pembawa yang fungsinya mengalirkan fluida dari unit INTAKE (penyadap air baku) ke unit pengolahan , untuk selanjutnya dialirkan ke bak pengolahan
b. Sistem distribusi
Meliputi pipa distribusi/pipa penyalur dan berfungsi untuk membagi air ke pelanggan.
Dasar perhitungan pimilihan ukuran pipa pada sistem perpipaan instalasi pengolahan air adalah dengan mempergunakan hukum kontinuitas.
Q = A · V…………………………………………………………….(2.10)
Q = ……………….……………………………………(2.11)
Q = …………………………………………………….(2.12)
dimana :
D = diameter pipa yang dihitung (m)
Q = debit air yang dialirkan (l/dt)
V = kecepatan fluida (m/dt)

Jenis pipa
Beberapa jenis pipa yang umum digunakan dalam sistem distribusi adalah :
1. Cast Iron Pipe (CIP)
2. Ductile Iron Pipe (DIP)
3. Poly-vinyl Chloride (PVC)
4. Asbestos-cement Pipe (ACP)


Perlengkapan pipa
Beberapa perlengkapan pipa yang umumnya dipasang dalam sistem distribusi adalah sebagai berikut :
1. Gate Valve
Berfungsi untuk mengontrol aliran dalam pipa. Gate valve dapat menutup supply air yang diperlukan
2. Air release valve (katup angin)
Berfungsi untuk melepaskan udara yang selalu ada dalam aliran. Air valve dipasang pada setiap bagian jalur pipa tertinggi dan mempunyai tekanan lebih rendah dari 1 atm.
3. Manhole
Berfungsi sebagai tempat pemeriksaan atau perbaikan bila terjadi gangguan pada valve.
4. Bangunan perlintasan pipa
Diperlukan bila jalur pipa harus memotong sungai maupun jalan umum.
5. Thrust block
Diperlukan pada pipa yang mengalami beban hidrolik yang tak seimbang,misalnya pada pergantian diameter akhir pipa, belokan, gaya ini harus ditahan oleh thrust blok untuk menjaga agar fitting tidak bergerak.
6. Meter air
Dipasang untuk untuk mengetahui besarnya pemakaian air dan untuk mempermudah pendeteksian kebocoran pipa dalam suatu zona.
7. Meter tekanan
Dipasang pada pompa agar dapat diketahui besarnya tekanan kerja pompa.
8. Sambungan pipa
Sambungan pipa dan perlengkapannya sering digunakan untuk penyambungan pipa. Sambungan pipa dan kelengkapannya meliputi bell dan spigot hang join, increaser, reduser, bend.(belokan), tee, tapping bend.


Dalam pembangunan Water Treatment System yang menggunakan air laut sebagai bahan baku, maka peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
Commercial reverse osmosis
Sea water desalination filters
Water store equipment
Water softening
Iron filters
Complete water filtration
Commercial ultraviolet disinfection systems
Commercial water treatment

Sea Water Reverse Osmosis, ukuran 37.900 liter per hari, harga Rp. 2.008.500.000,00
Water Storage, ukuran 37.900 liter per hari, harga RP. 448.500.000,00
Pompa dengan kapasitas 81.864 liter per hari, dengan harga 26.850.000,00. Dengan demikian, investasi untuk Sea water reverse osmosis adalah 2.483.850.000,00.
Pengerjaan plumbing untuk water treatment adalah sebesar 60% dari total biaya di atas, sehingga total biaya untuk pengerjaan adalah sebesar Rp. 3.974.160.000,00.

Total kebutuhan air di Bali adalah 684.864.000 liter per hari. Dengan asumsi air minum yang akan dilayani adalah untuk seperempat kebutuhan air minum di Bali, maka total produksi air minum yang dihasilkan adalah 171.216.000 liter per hari dengan nilai investasi adalah sebesar Rp. 17.953.556.162.533.00.
Untuk tahap awal, maka sistem ini akan diproduksi untuk memenuhi hotel, perumahan dan villa serta restoran yang ada di kawasan Badung dan Denpasar, dengan kebutuhan air minum sebesar 8% (delapan persen) dari total kebutuhan air di Bali, atau 55.755.368.64 liter per hari dengan nilai investasi sebesar Rp. 5.846.457.937.581.59.

Initial Investment Cost
Sea Water Reverse Osmosis, ukuran 37.900 liter per hari, harga Rp. 2.008.500.000,00
Water Storage, ukuran 37.900 liter per hari, harga RP. 448.500.000,00
Pompa dengan kapasitas 81.864 liter per hari, dengan harga Rp. 26.850.000,00.
Dengan demikian, investasi untuk Sea water reverse osmosis untuk kapasitas 37.900 liter per hari adalah Rp. 2.483.850.000,00.
Pengerjaan plumbing untuk water treatment adalah sebesar 60% dari total biaya di atas, sehingga total biaya untuk pengerjaan Sea Water Reverse Osmosis dengan ukuran 37.900 liter per hari adalah sebesar Rp. 3.974.160.000,00.

Untuk tahap awal maka sistem ini akan memproduksi air bersih untuk memenuhi hotel, perumahan dan villa serta restoran yang ada di kawasan Badung dan Denpasar, dengan kebutuhan air minum sebesar 8% (delapan persen) dari total kebutuhan air di Bali, atau 55.755.368.64 liter per hari.
Total investasi awal untuk sistem produksi adalah sebesar Rp. 5.846.457.937.581.59.

BEP terjadi pada tahun ke enam, apabila hanya mengandalkan pada penjualan air bersih. Sedangkan apabila untuk produksi air minum, maka BEP akan terjadi di tahun kedua.

PROFIL SAYA

GELAR PUNCAK, PROFESOR TERMUDA

Usianya baru menginjak kepala tiga. Namun dalam umur relatif muda itu Wijaya Kusuma mampu mengukuhkan diri sebagi guru besar termuda di Bali.Lelaki muda itu tampak mondar-mandir di lantai dua gedung Global Development Learning Network (GDLN) Universitas Udayana, suatu sore, pertengahan November lalu. Tatapannnya tertuju pada perangkat komputer di atas meja. Sesekali tangannya menjentik mouse, memastikan kesiapan program komputer yang awal Desember ini akan digunakan sebagai sarana belajar mengajar jarak jauh.Pertama bersua dengan lelaki bernama lengkap Prof Dr IGB Wijaya Kusuma ini bisa jadi orang tidak percaya, betapa dia telah bergelar profesor, menjadi guru besar Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar. Ia begitu muda, sederhana, dan tampak “biasa-biasa saja”. Apalagi ketika membeberkan identitas dirinya. “Usia saya baru 34 tahun,” jelas pria yang sejak SD bercita-cita menjadi sarjana teknik elektro, tapi malah berlabuh di teknik mesin ini. Tamat dari SMA Negeri Singaraja tahun 1998, beberapa temannya di Jurusan Fisika mengajak Wijaya Kusuma ikut mendaftar di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya. Dia pun memantapkan langkah merengkuh pendidikan di Kota Buaya itu. Di sini, jurusan teknik elektro yang digemari sejak SD belum dibuka. “Daripada pulang ke Bali, akhirnya saya pilih saja teknik mesin, seperti teman lain,” kenangnya. Di situ dia mengail ilmu mekanik. Otaknya yang cemerlang tak terlalu menyulitkan dirinya menyerap tahap demi tahap ilmu yang diajarkan para dosen ITS. Baik dari sisi teori maupun dalam bidang praktikum. Rentang empat tahun kemudian (1992) dia diwisuda sarjana sebagai lulusan terbaik di antara ratusan wisudawan lain dari berbagai daerah di Tanah Air. Prestasi gemilang putra Bali ini menyita perhatian kalangan kampus setempat. Wijaya Kusuma ditawari menjadi staf pengajar di almamaternya. Namun, sebagaimana lazimnya kebanyakan putra Bali, dia malah ingin segera pulang ke Bali. Tahun itu pula dia melamar sebagai dosen di Fakultas Teknik, Universitas Udayana, dan diterima. “Di sini saya mentransfer ilmu yang diperoleh di ITS dulu,” kilahnya. Saat mengajar dia kerap mengingatkan generasi muda, terutama orang-orang Bali, agar jangan sampai ketinggalan dalam teknologi, bila tak ingin tersisih di tanah kelahiran sendiri. Praktikum ia perbanyak, teori tak lebih daripada 30 persen. “Orang Bali itu pintar-pintar. Cuma kesempatan dan kemauan berkembang mereka kurang, mungkin pengaruh lingkungan,” terkanya.Seraya mengajar, Wijaya Kusuma sibuk menggelar berbagai percobaan. Antara lain, mengolah minyak goreng bekas (jelantah) menjadi bahan bakar alternatif untuk mesin diesel, disebut biodiesel. Dia juga membuat alat pengering. Sayang, hasil karyanya ini tak menyebar ke masyarakat, hanya dipergunakan sebatas sebagai pengetahuan sendiri. Paling jauh dikenal beberapa temannya di kampus.Kesibukan menunaikan tugas di kampus menjadikan lelaki asli Pangastulan, Buleleng, kelahiran 7 Juni 1970 ini, tak sempat melanjutkan studi pascasarjana. Itu membikin bekas dosennya di ITS saat berkunjung ke Unud tahun 1994 menyindir, andai saja tawaran menjadi dosen di ITS diterima, tentu saja dia sudah bergelar magister, seperti teman seangkatannya di ITS. Wijaya Kusuma merasa jengah. “Pada waktunya saya pasti memperoleh gelar tersebut,” tepisnya, santun.Janji diri itu pun ditepati. Dia menamatkan program magister (S2) lalu doktor (S3) Jurusan Mekanika di Brunel University, London, tahun 1999. “Saya yakin hidup di dunia ini sudah ada mengatur, kita harus tekun menjalani tahap demi tahap,” tandasnya. Keyakinan itu memang memantapkan langkah Wijaya Kusuma. Sepulang dari London dengan gelar doktor dia pun kembali ke Unud. Hari-harinya diisi dengan kerutinan pengajar mahasiswa, praktikum, sesekali memberi ceramah ke beberapa kalangan. Pada suatu hari, dia menghitung-hitung kredit poin atau cume dari berbagai kegiatan itu. Ternyata sudah melebihi angka seribu. “Itu mendorong saya berani mengajukan diri meraih gelar profesor,” ujarnya, penuh yakin. Langkah staf pengajar Program Studi Mekanika Elektronika, Jurusan Mesin, Fakultas Teknik Unud ini, tak sia-sia. Jabatan guru besarnya dikukuhkan Juli 2004 lalu. Tak pelak, ayah dua anak ini menjadi guru besar termuda di Bali. Toh, dia merasa tidak istimewa, melainkan biasa-biasa saja. “Siapa pun bisa meraih, seperti saya, tergantung kesempatan. Kebetulan Tuhan kali ini memberikan saya kesempatan itu,” urai dosen yang juga ahli energi ini. Bagi Wijaya Kusuma, lebih penting dari gelar-gelar akademik formal itu adalah kepedulian dan kepekaan terhadap persoalan nyata di dunia akademik maupun di luar lingkungan akademik. Di sisi inilah dia mengaku terusik mencermati polemik perihal kemandirian energi listrik bagi Bali. Dan, sebagai ahli di bidang ini, dia punya pandangan lain berkaitan dengan kemandirian energi listrik. Bagi Wijaya Kusuma, andai Bali memang perlu penambahan energi listrik semestinya tak hanya berpikir membuat pembangkit energi listrik sendiri. Mestinya itu menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, dan pemerintah daerah Bali wajib mengajukan penambahan ke pusat. “Itu bila Bali ini masih menjadi bagian Indonesia,” beber putra pasangan Gusti Ngurah Suwandi dan MK Padmi ini. Bila Bali sudah mengajukan ke Pusat, lantas tak jua ada tanggapan, barulah berpikir memenuhi kekurangan tersebut. Dalam hitung-hitungan sederhananya, keperluan listrik masyarakat Bali sejatinya tak teramat banyak. Satu keluarga paling banyak 1.300 watt. Jika jumlah penduduk di Bali sebanyak 3.200.000 jiwa dan dalam satu KK rata-rata beranggotakan lima orang, maka di Bali memiliki 640.000 KK. Andaikan satu KK maksimum mempergunakan 1.300 watt, maka di Bali diperlukan sekitar 832.000 kilowatt. Angka 1.300 watt setiap KK itu sudah bisa dipergunakan untuk AC, kulkas, setrika, memasak, tv, komputer, dan lain-lain. Sedangkan dari 1.300 watt yang tersedia paling banyak dipergunakan 1.000 watt. Bila ini dibagi lima, berarti tiap orang di Bali memerlukan listrik 200 watt. Relatif kecil, memang. “Kan tak mungkin dalam waktu bersamaan semua peralatan hidup. Seorang ibu yang memasak tak mungkin sambil menghidupkan komputer, menonton tv, terkecuali sengaja ingin boros,” dia terkekeh. Pihak yang besar memerlukan listrik biasanya justru di luar keperluan rumah tangga, seperti perusahaan, kantor pemerintahan, dan di jalan raya. Penggunaan jatah 1.300 watt dalam hitungan dia, pada saat jam kerja paling banter digunakan 200 watt. Toh, pihak swasta bisa dibiasakan untuk menyediakan genzet. “Jika pun ada kekhawatiran terhadap keamanan kabel bawah laut Jawa-Bali, dicemaskan akan putus, kenapa tidak bikin yang permanen? Kita harus berpikir sebagai satu negara kesatuan, termasuk soal pemenuhan tenaga listrik,” kelit suami Ida Ayu Eka Wilawati ini. Bagi Wijaya Kusuma, upaya memandirikan energi listrik di Bali sepatutnya justru dimulai dari usaha penghematan listrik, mulai dari basis keluarga, ke kantor-kantor, maupun di perusahaan-perusahaan. “Tiap perusahaan besar, seperti hotel atau pabrik, diwajibkan menyediakan energi listrik sendiri, lewat genzet, misalkan. Jangan semua dibebankan kepada pemerintah. Dengan demikian keamanan persediaan listrik pasti ada,” tegasnya berulang-ulang. Jika kemandirian energi, terutama listrik, di Bali memang mesti dijawab dengan membangun pembangkit energi baru, sebenarnya ada pilihan potensial lain, dengan biaya tak terlalu besar. Itulah pembangkit listrik energi panas surya (matahari). “Apalagi di Bali termasuk daerah tropis, matahari bersinar sepanjang tahun,” usulnya. Di kalangan ahli energi memang disepakati, energi panas bumi (geothermal) itu merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Ketersediaannya juga terbilang terbarukan terus-menerus, sebagaimana juga energi surya dan energi angin. Indonesia sebagai kawasan pegunungan dan perbukitan memendam potensi 40 persen energi panas bumi dunia, dan Bali sendiri diperkirakan punya potensi sampai 400 megawatt. Persoalan krusial terletak pada kawasan hutan lindung maupun cagar alam. Di titik itu, pertimbangan cermat terhadap dampak lingkungan memang mesti dilakukan secara mendalam dan holistik. Maka energi surya pun patut dipertimbangkan pula. Di Bali, dalam cermatan Wijaya Kusuma, pembangkit listrik tenaga surya ini bisa saja diletakkan di kawasan Gunaksa, Klungkung, atau dekat Pantai Tulamben, Karangasem. “Guna menghasilkan 400 megawatt diperlukan biaya sekitar Rp 3 triliun. Cuma harus ada orang yang siap mengoperasikan, dan keamanan mesti ketat, sehingga alat-alat penyerap energi panas matahari terhindar dari perusakan manusia,” sarannya. Ada banyak jalan, sesungguhnya, menjamin kemandirian energi listri Bali. Langkah paling mudah dan kunci, ingat Wijaya Kusuma, “Justru kebiasaan hidup hemat energi setiap orang yang hidup di Bali.” Inilah tampaknya jalan paling mudah sekaligus tersulit diwujudkan di tengah masyarakat yang cenderung ngulurin indria, kini.

Senin, 14 April 2008

ENERGI, KRISIS DAN PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT INDONESIA

ENERGI, KRISIS DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT INDONESIA

Sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara saat ini (termasuk Indonesia) adalah energi yang berasal dari bumi, yang sifatnya tidak terbaharukan, sehingga karena semakin banyak eksploitasi yang dilakukan maka keberadaannya semakin terancam dan harganya menjadi meningkat secara tajam. Berdasarkan data per tanggal 1 Januari 2002, cadangan minyak bumi Indonesia hanya akan bertahan 10 tahun sampai dengan 20 tahun, yang berarti tahun 2022 Indonesia bukan saja akan mengalami krisis energi, tapi juga akan menjadi negara pengimport minyak bumi yang besarnya sekitar 130.000 juta liter per tahun. Bisa dibayangkan nilai uang sekitar 1.300 triliun rupiah per tahun (asumsi harga minyak bumi saat itu sekitar Rp. 10.000, per liter) akan bersirkulasi ke luar negeri akibat pembelanjaan minyak bumi ini. Nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara akan menjadi sangat tinggi, dan apabila ekonomi masyarakat Indonesia diasumsikan tetap seperti saat ini, maka bisa diprediksi beban hidup yang harus ditanggung masyarakat pada saat itu menjadi luar biasa tinggi.

Sementara itu, cadangan gas bumi di Indonesia akan habis dalam 30 tahun, yang berati tahun 2032 Indonesia kembali akan mengimport gas bumi untuk konsumsi dalam negerinya. Sedangkan tahun 2052 Indonesia akan mengimport batu bara untuk konsumsi dalam negeri. Apabila kebutuhan semua energi tersebut dihitung, maka akan terjadi peningkatan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada tahun 2052 untuk kebutuhan konsumsi energi masyarakat Indonesia. Kembali, apabila laju ekonomi masyarakat Indonesia tetap seperti saat ini, maka beban yang harus ditanggung oleh masyarakat menjadi sangat luarbiasa berat. Hal ini dikarenakan energi dari bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Serangkaian penelitian telah dilakukan di Program Studi Teknik Mesin Universitas Udayana terkait dengan upaya untuk membuat bahan bakar alternatif pengganti minyak dan gas bumi. Beberapa hal yang telah teruji secara teknis adalah biodiesel (bahan bakar alternatif pengganti minyak solar), biogasoline (bahan bakar alternatif pengganti bensin), biobriket (bahan bakar alternatif pengganti batu bara) dan biogas (bahan bakar alternatif pengganti gas bumi). Rangkaian hasil penelitian tersebut sebagian terbesar menunjukkan adanya kesamaan terhadap sifat – sifat fisika terhadap bahan bakar yang berasal dari minyak bumi, gas bumi dan batu bara.

Selain memiliki kesamaan sifat – sifat fisika tersebut, bahan bakar alternatif memiliki keunggulan yakni mengurangi pemakaian bahan bakar dan menurunkan emisi gas buang, sehingga sangat terbuka peluang untuk membangun industri energi alternatif di Indonesia.
Sebelum membangun industri energi alternatif di Indonesia, yang harus menjadi perhatian semua khalayak adalah mengurangi konsumsi energi tak terbaharukan yang berasal dari bumi. Penghematan konsumsi energi sangatlah mutlak diperlukan dan harus menjadi pola pikir masyarakat Indonesia. Yang kedua adalah pengembangan berbagai jenis energi alternatif yang didukung oleh seluruh komponen masyarakat Indonesia. Tanpa dukungan masyarakat, berbagai ilmu dan teknologi pengolahan energi alternatif tidak akan pernah mampu berkembang pesat menjadi energi pengganti. Yang ketiga, harus ditanamkan pola pikir di masyarakat Indonesia bahwa energi alternatif akan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pengembangan energi alternatif karenanya mulai saat ini sudah harus dikerjakan secara bersama – sama yang melibatkan pemerintah (sebagai pemegang kebijakan), para ahli dan masyarakat dan pemanfaatannya digunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat, sesuai dengan amanat UUD 1945.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah merangsang masyarakat Indonesia untuk mengkonservasi lahan – lahan non produktif sebagai lahan perkebunan dimana hasilnya dapat diolah sebagai bahan baku biodiesel, biogasoline dan biobriket serta memiliki hasil sampingan untuk dapat diolah menjadi biogas. Esensi dari kegiatan ini adalah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada bahan bakar minyak fosil, membudidayakan masyarakat Indonesia yang sudah terkenal sebagai negara agraris dan mengentaskan kemiskinan.
Pendekatan kegiatan yang akan dilakukan adalah dengan melibatkan semua masyarakat untuk bersama – sama mengkonservasi lahan non produktif menjadi lahan perkebunan dimana hasilnya dapat diolah sebagai bahan baku.

Dalam mengkonservasi lahan non produktif, sistem yang digunakan adalah tumpang sari, yakni diantara pohon induk ditanami dengan tanaman kedele, jagung dan singkong dan dipelihara juga beberapa ekor sapi. Dengan demikian akan terjadi interaksi yang sangat bagus antara masyarakat dengan kebun yang digarap, karena limbah dari jagung, kedele dan singkong dapat digunakan sebagai pakan ternak, serta sebaliknya kotoran sapi dapat dijadikan bahan baku pembuatan biogas, dan limbah dari pembuatan biogas ini selanjutnya digunakan sebagai pupuk organik sehingga akan menaikkan kualitas dari tanah.

Tanaman induk seperti halnya jarak, kemiri, kelapa dan nyamplung diolah menjadi biodiesel. Petani penggarap akan diberikan kemudahan untuk mengkonsumsi biodiesel dan dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan yang dijual dipasaran. Namun agar tidak terjadi penyalahgunaan, maka keluarga petani tersebut akan dijatah pemberiannya, sehingga upaya pengentasan kemiskinan dan ketergantungan terhadap bahan bakar minyak fosil dapat terealisasi dengan baik. Limbah dari biji jarak, biji kemiri, tempurung kelapa dan nyamplung selanjutnya diolah menjadi biobriket, yang dapat digunakan untuk mengganti kayu bakar dan batu bara.

Biogasoline dapat diproduksi menggunakan bahan baku dari tuak, air kelapa, tebu dan singkong. Penelitian terbaru yang dibuat di Program Studi Teknik Mesin Universitas Udayana adalah membuat biogasoline dengan bahan baku dari sampah organis. Sampah organis ini diberi perlakuan tambahan yang kemudian diproses dengan metoda fermentasi untuk diubah menjadi biogasoline.

Biogas adalah merupakan energi alternatif yang paling memungkinkan untuk mengganti bahan bakar bensin, minyak tanah, bahan bakar gas dan tentu saja kayu bakar. Hal ini memungkinkan karena jumlah hewan ternak yang ada di Indonesia sangat berlimpah serta dapat terus dikembangbiakkan dengan cepat. Cara membuat biogas ini cukup sederhana dan relatif tidak membutuhkan biaya yang tinggi sehingga sangat cocok untuk diterapkan di rumah tangga terutama di daerah pedesaan sebagai skala industri rumah tangga.

Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flameable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan – bahan organik oleh bakteri anaerobic (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Tapi untuk pembentukan biogas diperlukan waktu yang lama, dimana dalam fermentasi kotoran oleh bakteri pencerna dibutuhkan temperatur tertentu. Kotoran ternak sapi sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak sapi mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput, jerami atau hijauan berserat tinggi. Biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800 – 6700 kkal/m3. Untuk keperluan memasak pada rumah tangga dengan 4 – 5 anggota keluarga maka dibutuhkan biogas sejumlah 4,5 m3 tiap harinya.

Apabila 15 ekor sapi dipelihara secara tepat akan menghasilkan 120 liter kotoran sapi dalam sehari, dimana akan menghasilkan sekitar 0.4 m3 biogas setelah hari keduapuluh. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar gas rumah tangga diperlukan sekitar 170 ekor sapi (satu orang memelihara 40 ekor sapi). Tantangan bagi pemerintah daerah, para ahli peternakan dan masyarakat Indonesia untuk bersinergi dan membuat kerangka kerja kebijakan energi ini agar terarah dan terintegrasi dengan baik.

Pemanfaatan energi terbaharukan untuk tujuan produktif sudah menjadi prioritas program pemerintah seperti halnya tercantum dalam SK Menteri No. 200-12/8/600.5/2002 tentang pembentukan Tim Pelaksana Studi “Promotion on Renewable Energy, Energy Efficiency and Greenhouse Gas Abatement (PREGA)”, serta konsep Wawasan Energi Hijau. Karena itu tujuan kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan program pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan, untuk memasok kebutuhan energi yang berguna untuk mengolah produk unggulan daerah, memacu kegiatan ekonomi daerah sesuai dengan Undang Undang tentang otonomi daerah, yang pada akhirnya akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional serta pemerataan hasil pembangunan.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Konservasi lahan non produktif menjadi areal perkebunan
Upaya mengembalikan lahan produktif secara organis dan mengurangi pemakaian zat – zat kimiawi
Upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia
Pembuatan bahan bakar alternatif pengganti minyak dan gas bumi
Mengurangi ketergantungan masyarakat pada bahan bakar minyak fosil

Krisis di Indonesia belum juga usai mendera masyarakat, kini saatnya untuk bangkit kembali tanpa harus tergantung dengan situasi di luar Indonesia. Semua ini berpulang kepada masyarakat Indonesia sendiri, apakah mereka sadar atau tidak akan adanya peluang untuk hidup dengan lebih baik lagi.