ENERGI, KRISIS DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT INDONESIA
Sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara saat ini (termasuk Indonesia) adalah energi yang berasal dari bumi, yang sifatnya tidak terbaharukan, sehingga karena semakin banyak eksploitasi yang dilakukan maka keberadaannya semakin terancam dan harganya menjadi meningkat secara tajam. Berdasarkan data per tanggal 1 Januari 2002, cadangan minyak bumi Indonesia hanya akan bertahan 10 tahun sampai dengan 20 tahun, yang berarti tahun 2022 Indonesia bukan saja akan mengalami krisis energi, tapi juga akan menjadi negara pengimport minyak bumi yang besarnya sekitar 130.000 juta liter per tahun. Bisa dibayangkan nilai uang sekitar 1.300 triliun rupiah per tahun (asumsi harga minyak bumi saat itu sekitar Rp. 10.000, per liter) akan bersirkulasi ke luar negeri akibat pembelanjaan minyak bumi ini. Nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara akan menjadi sangat tinggi, dan apabila ekonomi masyarakat Indonesia diasumsikan tetap seperti saat ini, maka bisa diprediksi beban hidup yang harus ditanggung masyarakat pada saat itu menjadi luar biasa tinggi.
Sementara itu, cadangan gas bumi di Indonesia akan habis dalam 30 tahun, yang berati tahun 2032 Indonesia kembali akan mengimport gas bumi untuk konsumsi dalam negerinya. Sedangkan tahun 2052 Indonesia akan mengimport batu bara untuk konsumsi dalam negeri. Apabila kebutuhan semua energi tersebut dihitung, maka akan terjadi peningkatan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada tahun 2052 untuk kebutuhan konsumsi energi masyarakat Indonesia. Kembali, apabila laju ekonomi masyarakat Indonesia tetap seperti saat ini, maka beban yang harus ditanggung oleh masyarakat menjadi sangat luarbiasa berat. Hal ini dikarenakan energi dari bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Serangkaian penelitian telah dilakukan di Program Studi Teknik Mesin Universitas Udayana terkait dengan upaya untuk membuat bahan bakar alternatif pengganti minyak dan gas bumi. Beberapa hal yang telah teruji secara teknis adalah biodiesel (bahan bakar alternatif pengganti minyak solar), biogasoline (bahan bakar alternatif pengganti bensin), biobriket (bahan bakar alternatif pengganti batu bara) dan biogas (bahan bakar alternatif pengganti gas bumi). Rangkaian hasil penelitian tersebut sebagian terbesar menunjukkan adanya kesamaan terhadap sifat – sifat fisika terhadap bahan bakar yang berasal dari minyak bumi, gas bumi dan batu bara.
Selain memiliki kesamaan sifat – sifat fisika tersebut, bahan bakar alternatif memiliki keunggulan yakni mengurangi pemakaian bahan bakar dan menurunkan emisi gas buang, sehingga sangat terbuka peluang untuk membangun industri energi alternatif di Indonesia.
Sebelum membangun industri energi alternatif di Indonesia, yang harus menjadi perhatian semua khalayak adalah mengurangi konsumsi energi tak terbaharukan yang berasal dari bumi. Penghematan konsumsi energi sangatlah mutlak diperlukan dan harus menjadi pola pikir masyarakat Indonesia. Yang kedua adalah pengembangan berbagai jenis energi alternatif yang didukung oleh seluruh komponen masyarakat Indonesia. Tanpa dukungan masyarakat, berbagai ilmu dan teknologi pengolahan energi alternatif tidak akan pernah mampu berkembang pesat menjadi energi pengganti. Yang ketiga, harus ditanamkan pola pikir di masyarakat Indonesia bahwa energi alternatif akan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pengembangan energi alternatif karenanya mulai saat ini sudah harus dikerjakan secara bersama – sama yang melibatkan pemerintah (sebagai pemegang kebijakan), para ahli dan masyarakat dan pemanfaatannya digunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat, sesuai dengan amanat UUD 1945.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah merangsang masyarakat Indonesia untuk mengkonservasi lahan – lahan non produktif sebagai lahan perkebunan dimana hasilnya dapat diolah sebagai bahan baku biodiesel, biogasoline dan biobriket serta memiliki hasil sampingan untuk dapat diolah menjadi biogas. Esensi dari kegiatan ini adalah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada bahan bakar minyak fosil, membudidayakan masyarakat Indonesia yang sudah terkenal sebagai negara agraris dan mengentaskan kemiskinan.
Pendekatan kegiatan yang akan dilakukan adalah dengan melibatkan semua masyarakat untuk bersama – sama mengkonservasi lahan non produktif menjadi lahan perkebunan dimana hasilnya dapat diolah sebagai bahan baku.
Dalam mengkonservasi lahan non produktif, sistem yang digunakan adalah tumpang sari, yakni diantara pohon induk ditanami dengan tanaman kedele, jagung dan singkong dan dipelihara juga beberapa ekor sapi. Dengan demikian akan terjadi interaksi yang sangat bagus antara masyarakat dengan kebun yang digarap, karena limbah dari jagung, kedele dan singkong dapat digunakan sebagai pakan ternak, serta sebaliknya kotoran sapi dapat dijadikan bahan baku pembuatan biogas, dan limbah dari pembuatan biogas ini selanjutnya digunakan sebagai pupuk organik sehingga akan menaikkan kualitas dari tanah.
Tanaman induk seperti halnya jarak, kemiri, kelapa dan nyamplung diolah menjadi biodiesel. Petani penggarap akan diberikan kemudahan untuk mengkonsumsi biodiesel dan dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan yang dijual dipasaran. Namun agar tidak terjadi penyalahgunaan, maka keluarga petani tersebut akan dijatah pemberiannya, sehingga upaya pengentasan kemiskinan dan ketergantungan terhadap bahan bakar minyak fosil dapat terealisasi dengan baik. Limbah dari biji jarak, biji kemiri, tempurung kelapa dan nyamplung selanjutnya diolah menjadi biobriket, yang dapat digunakan untuk mengganti kayu bakar dan batu bara.
Biogasoline dapat diproduksi menggunakan bahan baku dari tuak, air kelapa, tebu dan singkong. Penelitian terbaru yang dibuat di Program Studi Teknik Mesin Universitas Udayana adalah membuat biogasoline dengan bahan baku dari sampah organis. Sampah organis ini diberi perlakuan tambahan yang kemudian diproses dengan metoda fermentasi untuk diubah menjadi biogasoline.
Biogas adalah merupakan energi alternatif yang paling memungkinkan untuk mengganti bahan bakar bensin, minyak tanah, bahan bakar gas dan tentu saja kayu bakar. Hal ini memungkinkan karena jumlah hewan ternak yang ada di Indonesia sangat berlimpah serta dapat terus dikembangbiakkan dengan cepat. Cara membuat biogas ini cukup sederhana dan relatif tidak membutuhkan biaya yang tinggi sehingga sangat cocok untuk diterapkan di rumah tangga terutama di daerah pedesaan sebagai skala industri rumah tangga.
Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flameable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan – bahan organik oleh bakteri anaerobic (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Tapi untuk pembentukan biogas diperlukan waktu yang lama, dimana dalam fermentasi kotoran oleh bakteri pencerna dibutuhkan temperatur tertentu. Kotoran ternak sapi sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak sapi mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput, jerami atau hijauan berserat tinggi. Biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800 – 6700 kkal/m3. Untuk keperluan memasak pada rumah tangga dengan 4 – 5 anggota keluarga maka dibutuhkan biogas sejumlah 4,5 m3 tiap harinya.
Apabila 15 ekor sapi dipelihara secara tepat akan menghasilkan 120 liter kotoran sapi dalam sehari, dimana akan menghasilkan sekitar 0.4 m3 biogas setelah hari keduapuluh. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar gas rumah tangga diperlukan sekitar 170 ekor sapi (satu orang memelihara 40 ekor sapi). Tantangan bagi pemerintah daerah, para ahli peternakan dan masyarakat Indonesia untuk bersinergi dan membuat kerangka kerja kebijakan energi ini agar terarah dan terintegrasi dengan baik.
Pemanfaatan energi terbaharukan untuk tujuan produktif sudah menjadi prioritas program pemerintah seperti halnya tercantum dalam SK Menteri No. 200-12/8/600.5/2002 tentang pembentukan Tim Pelaksana Studi “Promotion on Renewable Energy, Energy Efficiency and Greenhouse Gas Abatement (PREGA)”, serta konsep Wawasan Energi Hijau. Karena itu tujuan kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan program pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan, untuk memasok kebutuhan energi yang berguna untuk mengolah produk unggulan daerah, memacu kegiatan ekonomi daerah sesuai dengan Undang Undang tentang otonomi daerah, yang pada akhirnya akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional serta pemerataan hasil pembangunan.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Konservasi lahan non produktif menjadi areal perkebunan
Upaya mengembalikan lahan produktif secara organis dan mengurangi pemakaian zat – zat kimiawi
Upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia
Pembuatan bahan bakar alternatif pengganti minyak dan gas bumi
Mengurangi ketergantungan masyarakat pada bahan bakar minyak fosil
Krisis di Indonesia belum juga usai mendera masyarakat, kini saatnya untuk bangkit kembali tanpa harus tergantung dengan situasi di luar Indonesia. Semua ini berpulang kepada masyarakat Indonesia sendiri, apakah mereka sadar atau tidak akan adanya peluang untuk hidup dengan lebih baik lagi.
Senin, 14 April 2008
Langganan:
Postingan (Atom)